TABANAN, TUTURBALI.COM – Delegasi World Water Forum (WWF) ke-10 tahun 2024 dari Thailand mengungkapkan kekaguman mereka terhadap hamparan sawah terasering di DTW Jatiluwih, Desa Jatiluwih, Kecamatan Penebel, Tabanan, Kamis (23/5/204).
Rombongan yang tiba sekitar pukul 11.00 WITA terdiri dari 15 orang, dipimpin oleh Dr. Surasri Kittimonthon, Sekretaris Jenderal Sistem Pengairan Thailand. Kedatangan mereka disambut oleh Manajer DTW Jatiluwih, I Ketut Purna, didampingi oleh Perbekel Jatiluwih, I Nengah Kartika. Delegasi dari Thailand disambut dengan pengalungan bunga sebagai tanda ucapan selamat datang, yang langsung disambut dengan antusiasme tinggi oleh para delegasi.
I Ketut Purna kemudian mengarahkan rombongan menuju Subak Jatiluwih, di mana mereka menyusuri jalan Subak sambil mendapatkan penjelasan tentang sejarah dan kondisi Subak Jatiluwih. Penjelasan mencakup sejarah Subak sebagai warisan turun-temurun dari leluhur masyarakat Desa Jatiluwih, luas hamparan sawah terasering, metode pengolahan sawah, sistem irigasi Subak yang masih lestari, dan harga gabah setelah panen.
Para delegasi terlihat sangat terpesona, terutama saat berada di spot foto di tengah sawah yang disiapkan untuk mereka. Mereka memanfaatkan momen tersebut untuk berfoto selfie dan foto bersama. Setelah berkeliling, rombongan dijamu dengan makan siang bersama.
Dr. Surasri Kittimonthon menyatakan kekagumannya terhadap keberlanjutan sistem Subak di Jatiluwih. “Subak sistemnya sangat bagus dan harus diwariskan kepada anak cucu,” ungkapnya. Ia juga mengaku kagum dengan terasering dan padi merah yang ada di Jatiluwih.
I Ketut Purna mengungkapkan bahwa delegasi WWF dari Thailand sangat mengagumi sistem pertanian yang ada di Jatiluwih. “Meskipun pertanian mereka lebih maju, mereka tetap menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap Subak dan ingin belajar lebih banyak tentang pertanian di desa kami ini,” jelasnya.
Sebelum kunjungan delegasi WWF Thailand, DTW Jatiluwih juga menerima kunjungan dari Delegasi WWF Zambia, Dr. Musonda Mumba, Sekretaris Jenderal Konvensi Lahan Basah (RAMSAR). Mereka juga sangat antusias menerima penjelasan dari pihak DTW Jatiluwih mengenai sistem irigasi yang diterapkan di Jatiluwih.
Kunjungan ini menegaskan posisi DTW Jatiluwih sebagai destinasi yang penting untuk studi pertanian dan irigasi tradisional, serta menunjukkan daya tarik global dari sistem Subak yang unik. (TB)