GIANYAR, tuturbali.com – Pura Kahyangan Jagat Gunung Raung yang berada di Desa Adat Taro Kaja, Kecamatan Tegallalang, sedang menyelenggarakan piodalan atau upacara keagamaan yang berlangsung beberapa hari pada November 2023. Upacara ini digelar rutin. Pura dari era Rsi Markandya itu menyimpan hubungan baik dengan warga desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, Jawa Timur.
Setiap piodalan berlangsung, warga dari wilayah Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, Banyuwangi, tangkil ke Pura Gunung Raung. Hal itu diungkapkan oleh Bendesa Adat Taro Kaja, Nyoman Tunjung.
Dikatakan bahwa sebelum mendirikan pura di Taro Kaja, Rsi Markandya sebelumnya memang sudah mendirikan pura di Bumiharjo bernama Pura Giri Mulya wilayah Gunung Raung Banyuwangi.
“Kami ada hubungan dengan masyarakat di Jawa Timur. Jadi setiap kami piodalan, masyarakat di Jawa Timur datang ke pura Gunung Raung Taro Kaja,” tutur Bendesa Taro Kaja.
Sebaliknya, tatkala di Pura Giri Mulya ada piodalan atau upacara keagamaan, maka, masyarakat dari desa Taro Kaja akan tangkil atau berdatangan juga ke Jawa Timur. “Bahkan kami pernah belasan bus kesana tangkil bersamaan dengan warga disini,” kisahnya.
Diakui, bahwa hubungan antara kedua umat desa, yakni desa Bumiharjo Banyuwangi dengan desa Taro Kaja ini sudah berlangsung sejak ratusan tahun lalu. “Hubungan berlanjut sampai sekarang, harmonisasi,” ungkap dia.
Pura Gunung Raung Taro Kaja, Tegallalang berhubungan erat dengan kedatangan Maha Rsi Markandya ke Bali bersama pengikutnya. Kedatangannya itu sekitar abad XI atau saat pemerintahan raja Anak Wungsu.
Dari Gianyar, perjalanan Rsi Markandya ini pun menjadi cikal bakal pendirian Pura Besakih di Karangasem. Rsi Markandya juga yang menancapkan panca datu atau lima unsur bebatuan di Pura Agung Besakih. Sebagaimana diketahui, Pura Agung Besakih menjadi pusat dan pura terbesar di Bali. (TB01)