DENPASAR, tuturbali.com – Raja Shri Kesari Warmadewa yang merupakan keturunan Syailendra (Kerajaan Sriwijaya) pernah memerintah di Pulau Bali. Kekuasannya sangat luas, diduga mencakup seluruh Bali. Dalam sejumlah prasasti yang tertulis, Marmadewa berkuasa sejak tahun 882 masehi sampai dengan 914 masehi.
Kekuasaan yang luas itu dikuatkan dengan temuan sejumlah prasasti yang ditemukan dari ujung selatan tengah hingga utara pulau Bali. Yakni Prasasti Blanjong, Sanur (Denpasar Selatan). Prasasti Blanjong bertulisan huruf Nagari dari India dan sebagian berbahasa sansekerta.
Selanjutnya, bukti penguat kekuasaan lainnya berupa prasasti di Angsari (Angsri/Baturiti Tabanan); hingga ke Desa Sukawana, Bebetin, Terunyan, Kehen (Bangli); dan utara Bali di Gobleg (Buleleng).
Pemerintahan Warmadewa cukup panjang, kurang lebih 32 tahun. Dengan batas waktu tersebut, rentang waktu kekuasannya bisa dibilang mirip dengan mendiang presiden Ke-2 RI, Soeharto.
Pada prasasti Blanjong, kekuasaan raja Warmadewa yang luas dibuktikan dengan tulisan yang terpahat dalam batu. Tulisan dengan aksara Nagari bertuliskan, “śākabde śara-vahni-mūrti-gaṇite māse tathā phalguṇe (sārā) – – – rādhāyajihitivārovinihatyavairini vulan phalguṇa – – – – śrī kesarī – – – raḥ di gurun di dahumalahaṅ musuḥdho di kutarā –,”
Kurang lebih prasasti Blanjong berbunyi, “Pada tahun 835 çaka bulan phalguna, seorang raja yang mempunyai kekuasaan di seluruh penjuru dunia beristana di keraton Sanghadwala, bernama Çri Kesari telah mengalahkan musuh-musuhnya di Gurun dan di Swal. Inilah yang harus diketahui sampai kemudian hari.”
Isi prasasti tersebut dipastikan prasasti Blanjong dikukuhkan pada tahun 835 saka (913 Masehi) sebagai tanda kemenangan Adipati Warmadewa.
Berdasarkan website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kegiatan inventarisasi dilaksanakan pada tahun 2015, untuk mencatat tinggalan tingalan yang terdapat di Pura Blanjong, Sanur. Kegiatan ini di ketuai oleh Ida Ayu Gede Yuni Anita Sari, S.S bersama Anak Agung Anom dan Ni Made Chryselia Dwiantari. Hasil dari kegiatan inventarisasi tersebut, di temukan beberapa tinggalan tersimpan di Pura Blanjong, berupa Arca Ganesha, Fragmen Bangunan, Lingga, Relief Umpak Bangunan, dan sebuah Candi.

Prasasti Blanjong merupakan sebuah prasasti yang berbentuk tugu silindris, berbahan batu padas dengan tinggi 195 cm, diameter badan 60 cm, diameter puncak 71 cm, diameter keliling 200 cm. Pada bidang sisi silindernya terdapat pahatan tulisan memakai dua jenis huruf yakni huruf jawa kuno dan pranegari, dan dua jenis Bahasa yakni Bahasa jawa kuno dan Sanskerta. Prasasti ini berangka tahun 835 Çaka, dan menyebutkan nama raja Sri Kesari Warmadewa yang merupakan cikal bakal dinasti Warmadewa di Bali.
Warmadewa diketahui mendirikan istana di sekitaran Desa Besakih, Karangasem, dengan kerajaan bernama Singhadwala atau Singhamandawa. Istana yang dekat dengan Gunung Agung membuatnya tak melupakan ibadah dengan mendirikan Pemerajan Selonding. Di pura tersebut terdapat peninggalan berupa benda besar yang terbuat dari perunggu berbentuk lonceng yang didatangkan dari Kamboja.
Keberadaan lonceng ini tak lepas dari ibadah Budha Mahayana yang dianut oleh Marmadewa. Seiring waktu, lonceng ditempatkan di Pura Penataran Sasih Pejeng, Gianyar.
Sementara itu, data berbeda ditemukan oleh tuturbali.com. Berdasarkan sejumlah sumber, benda mirip lonceng yang tersimpan di Pura Penataran Sasih Pejeng disebut nekara. Nekara tersebut disinyalir dari abad 1 masehi dan dibuat era perunggu.

Nekara Pejeng adalah nekara perunggu berbentuk menyerupai kendang atau bedug, berpinggang dibagian tengah, mempunyai dua sisi bidang pukul, dan satu bagian bidang pukulnya terbuka. Ukuran nekara dengan tinggi 1,86 m dan garis tengah bidang pukulnya 1,60 m. Terdapat motif hiasan di bagian sisi nekara adalah pola bintang, hiasan bulu burung, pola tumpal tersusun, pola tumpal bertolak belakang, pola huruf f, dan sepasang topeng. Hiasan-hiasan tersebut selain mengandung simbol religius magis juga merupakan karya seni yang indah. Sekaligus sebagai bukti kreatifitas seni atau kearifan lokal di bidang estetika dari masa perundagian Bali.
Model nekara ini juga ditemukan di luar Bali dan tersimpan di Singapura. Ahli juga menyebutkan jika nekara ini diproduksi oleh kerajaan Vietnam. (TB01)