GIANYAR, tuturbali.com – Ragam adat dan budaya di Bali begitu unik. Seperti yang dilakukan oleh pasangan pengantin di Banjar (Dusun) Dentiyis, Desa Sukawati, Gianyar. Pada rentang sebulan terakhir ini, ada dua pasang pengantin yang menikah.
Uniknya, usai menikah, pasangan pengantin langsung mencari sungai. Mereka mandi di sungai dengan maksud dan tujuan untuk membersihkan diri lahir dan batin.
Adapun pasangan yang menikah dan mandi di sungai pada Rabu (20/9) dan Jumat (22/9) lalu, yakni pasangan Wayan Eka Pratama dan Ni Wayan Aristyani serta pasangan I Wayan Bastina dan Ni Wayan Tryana Pertiwi.
Pemangku atau pemuka agama, Ketut Suandika menyatakan mandi di sungai usah pelaksanaan upacara pernikahan sudah menjadi tradisi di Banjar Dentiyis. “Bertujuan untuk membersihkan mempelai secara sekala niskala (terlihat dan tidak terlihat, Red),” tutur Pemangku Ketut Suandika, Jumat (29/9/2023).
Dari segi agama Hindu, mandi di sungai bukan tanpa alasan. Yakni untuk memohon air suci dari Batara Gangga, penguasa air.
“Mandi ke Tukad (sungai, Red) bagi mempelai itu memohon pengelukatan (air pembersihan) dari Ida Bhatari Gangga untuk menyucikan mempelai secara lahir batin, dengan harapan mendapat momongan anak suputra,” tutur Ketut Suandika.
Ketut Suandika yang kesehariannya merupakan Pemangku Pura Dalem Sukaluwih ini mengakui saat ini terjadi perubahan zaman. Tak banyak pengantin yang menerapkan tradisi mandi di sungai ini. Ada yang cari praktis dengan cukup mandi di kamar mandi. Atau pun dengan memohon tirta saja. “Ya memang berubah, karena Hindu Bali sifatnya fleksibel,” terang Suandika yang juga Ketua Bidang Upakara PSN Gianyar ini.
Adapun tradisi mandi di sungai ala pengantin ini diantarkan oleh keluarga mereka. Setelah memohon izin untuk mandi kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa) dilanjutkan dengan mandi membasahi sekujur tubuh.
Kedua mempelai masih mengenakan pakaian adat. Pengantin perempuan juga tampak berkebaya lengkap dengan sanggul di kepala belakang. Tradisi ini dijalankan sebagai wujud pelestarian dan kepercayaan. (TB01)