BANGLI, tuturbali.com – Pengunjung yang datang ke Desa Penglipuran, Bangli, kini diberikan pilihan seru. Yakni berkesempatan mengenakan pakaian adat Bali yang disediakan oleh warga Penglipura.
I Wayan Suamiarsa selaku Ketua Pengelola Desa Wisata Pengelipuran, menyatakan penggunaan pakaian adat Bali ini selaras dengan suasana di Penglipuran. “Didukung lingkungan asri dan konsep Bali. Maka kami tawarkan paket wisata yang sesuai kebutuhan pasar,” tutur Suamiarsa, Jumat (29/9/2023).
Dikatakannya, bahwa setiap warga memiliki penyewaan pakaian adat. “Lebih dari 50 orang yang menyewakan pakaian adat ini. Ini usaha kecil yang dilakukan oleh warga disini, sehingga ada dampak ekonomi yang diperoleh dari pariwisata,” terang dia.
Per orang wisawatan dikenakan biaya sewa Rp 50 ribu-Rp 100 ribu tergantung dari jenis pakaian yang disewakan. Untuk pakaian adat madya, cukup membayar Rp 50 ribu saja. Untuk pria diberikan kamen (kain dalam), saput (kain luar), baju hingga udeng (topi kepala ala Bali). Sedangkan yang perempuan diberikan kain dan kebaya (baju). “Untuk songket (kain bordir) lebih mahal,” tuturnya.
Lebih lanjut, trend menyewakan pakaian adat Bali di Penglipuran ini berlangsung sejak 2022. Awalnya, ada satu yang menyewakan, lama-lama banyak warga yang ikut mengambil peran penyewaan pakaian adat ini.
“Keperluan sewa pakaian ini untuk foto-foto supaya ada kenangan,” imbuh dia.
Rata-rata wisatawan yang mengenakan pakaian adat ini, bersama keluarga dan rombongan. “Mereka yang menyewa ingin merasakan sensasi berpakaian adat Bali,” jelas dia.
Desa adat memberikan kesempatan ke warga karena pariwisata ini berbasis masyarakat. “Kami berikan kesempatan ke warga untuk kembangkan wisata tanpa lepas dari konsep wisata Pengelipuran,” ujar dia.
Dia melihat, penyewaan pakaian ini memberikan dampak positif, salah satunya membangun perekonomian.
“Yang penting sesuai konsep. Yang jelas, jangan dipaksa. Harus ada aturan yang ditaati oleh warga. Jangan menawarkan keluar rumah, itu kami kontrol,” jelas dia.
Sehari, tamu yang datang 2.000 orang. Namun ia belum punya data berapa tamu yang menyewa. “Yang jelas, perputaran uangnya lumayan,” ungkapnya.
Salah satu wisatawan, Citra mengaku senang bisa berpakaian adat Bali. “Biar ada kesan, saya lagi di Bali. Unik saja, tumben ini,” tuturnya. (TB01)