KLUNGKUNG, tuturbali.com – Perjalanan I Ketut Buda Ana bisa menjadi inspirasi. Dulunya dia seorang sopir yang mencoba membuka peruntungan menjadi pengusaha kuliner. Usahanya adalah Warung Be Pasih (ikan laut) bernama Mai Laku yang dirintis sejak 2016. Buka warung dari pukul 09.00 sampai habis, dengan alamat di Jalan Raya Jalan Raya Koripan, dekat Kantor Pos.
“Pesanan kami dari acara adat. Hingga pernikahan. Pesanan kami sampai Labuan Bajo,” tutur Buda Ana. Yang menariknya, pesanan ke Labuan Bajo jauh, namun tetap bisa disiasati.
“Kalau yang ke Labuan Bajo sebanyak 200 tusuk, dikirim pakai pesawat, ” tutur Buda Ana.
Sehari, dia melayani sate tusuk sampai 50 tusuk dan maksimal 100 tusuk. “Kalau mau order sehari sebelumnya. Per 100 tusuk harganya Rp 200 ribu. Standar itu,” ujar dia.
Yang membedakan sate tusuknya adalah rasa ikan yang lebih empuk. “Kami ambil ikan di Kusamba. Ikan pilihan, kami jaga kualitas. Kami pakai bumbu Bali, gak ada campuran pengawet,” jelas dia.
Seporsi, harga yang ditawarkan Rp 25 ribu per paket sudah termasuk minuman es the. “Langganan kami sampai ke Surabaya,” ungkap dia.
Dia menuturkan kisah hidupnya sebagai buruh. “Dulu saya sopir, istri di Perkreditan. Karena hasil ditentukan bulanan, untuk makan dan bayar hutang kurang, akhirnya kami berinisiatif buka usaha siapa tahu bisa merubah nasib,” ujarnya
Kebetulan, kakaknya jualan lawar godel atau anak sapi. “Saya dapat ilmu dari kakak,” jelas dia. Dari hasil jualan itu, ia tidak lagi menunggu gaji bulanan seperti dulu saat menjadi sopir. “Tiap hari jualan nasi ada yang beli, jadi tiap hari pegang uang,” ujarnya.
Memilih be pasih atau ikan laut karena netral bisa dimakan siapapun. ”Kami mencoba terus. Tiga bulan belajar. Modal awal Rp 25 juta Kredit KUR dan mengontrak 2 tahun,” jelasnya.
Dengan modal itu, dia bisa memutar uang. Dibuka sejak 2016, dia melewati bisnis cukup lancar. ”Bahkan masa pandemi jalan. Ya sekarang lancar. Sehari dapat penghasilan kotor Rp 1,5 juta kadang sampai Rp 2 juta,” ungkapnya.
Dia juga menerima luluh sate untuk berbagai acara. “Kalau mesan minimal Rp 100 ribu,” ungkapnya.
Sate yang dijual memiliki ciri khas. “Sate tusuk dikejar pelanggan, lebih fresh dan enak. Bumbu kami ciri khas Bali,” ungkapnya.
Diakui, pelanggan yang datang dari seluruh Klungkung, Gianyar dan Bangli. “Kami harapannya, agar belanja di nyame Bali,” tutupnya. (TB01)